Kamis, 24 Februari 2011

Jenis Limbah Industri yang Bisa Mencemari Air Tanah

Penyumbang terbesar polusi air tanah adalah industri, melalui limbah yang dihasilkannya. Bagi manusia, jenis-jenis polutan yang terdapat dalam limbah industri bahkan lebih berbahaya dibandingkan pencemaran oleh bakteri. Apa saja bahayanya?

Dampak langsung dari pencemran air biasanya berupa gangguan pencernaan seperti diare atau disentri. Sementara untuk jangka panjang, polutan yang mencemari air bisa terakumulasi dan memicu dampak yang lebih serius termasuk perubahan kromosom dan gangguan kecerdasan.

Dibandingkan dengan polutan biologis seperti bakteri dan jamur, sumber polusi dari limbah industri biasanya lebih berbahaya karena banyak yang bisa terkumulasi dalam tubuh. Dampak jangka panjang akibat akumulasi racun-racun tersebut bisa berpengaruh juga pada generasi berikutnya.

Bila tidak diolah dengan baik, limbah industri bisa mencemari perairan di sekitarnya. Racun-racun itu bisa terserap masuk ke tanah dan mencemari air tanah, atau jika dialirkan ke sungai maka bisa mencemari air permukaan seperti danau atau laut yang menjadi muara sungai tersebut.

Jenis-jenis racun dalam limbah industri yang sering mencemari air antara lain sebagai berikut, seperti dikutip dari water-pollution.org, Kamis (24/2/2011).

Asbestos
Serat asbes merupakan salah satu polutan paling berbahaya karena bersifat karsinogen atau memicu kanker. Bila terhirup atau terminum bersama air tanah, senyawa ini bisa menyebabkan asbestosis atau radang saluran penapasan karena asbes, kanker paru-paru, kanker usus dan kanker hati.

Timbal dan merkuri
Keduanya termasuk logam berat yang tidak bisa terurai secara alami, sehingga sulit dibersihkan jika sudah mencemari perairan. Bagi manusia dan hewan, logam berat bisa terakumulasi dan mengganggu fungsi enzim-enzim di dalam tubuh. Dampaknya antara lain terganggunya gangguan pertumbuhan fisik maupun kecerdasan.

Posphat dan nitrat
Penggunaan pupuk yang berlebihan di industri pertanian bisa memicu pencemaran posphat dan nitrat di perairan terdekat. Dampaknya adalah booming alga akibat eutrophication atau peningkatan unsur hara yang mengurangi kualitas air.

Pestisida
Limbah lain yang dihasilkan oleh industri pertanian adalah pestisida, misalnya DDT. Selain terakumulasi pada jaringan tanaman yang dimanakan, limbah ini juga amencemari air tanah dan bisa memicu perubahan kromosom yang berdampak pada mutasi genetik pada generasi berikutnya.

Sementara itu, ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Dr R Budi Haryanto, SKM, MKes, MSc seperti yang pernah ditulis detikHealth menganjurkan agar masyarakat mengujikan kualitas air tanahnya agar terhindar dari risiko yang tidak diinginkan. Menurutnya, ada banyak lembaga yang kompeten melakukan uji semacam itu misalnya dinas kesehatan terkait atau perguruan tinggi yang memiliki laboratorium kimia analisis.

"Persyaratan dari Kementerian Kesehatan adalah air yang dikonsumsi harus terbebas dari pencemar biologis, kimia dan fisik. Masyarakat bisa mengetes ketiganya dilaboratorium dan satu paket harganya mungkin sekitar 100 ribu," ungkapnya kepada detikHealth.

Di kutip dari http://health.detik.com/
READMORE - Jenis Limbah Industri yang Bisa Mencemari Air Tanah

Kualitas Lingkungan

Berbicara masalah kualitas, kita berfikir tentang sesuatu hal yang mempunyai nilai dan memberikan manfaat untuk sesuatu dan mendapat suatu hasil akhir yang memuaskan ataupun tidak memuaskan. Dengan kulitas tentunya "makna" sesuatu akan lebih berarti dan tidak berarti. Kualitas dapat dijadikan ukuran untuk menilai suatu barang ataupun jasa apakah barang/jasa tersebut termasuk dalam kategori kualitas baik, menengah atau jelek.

Lalu siapa yang dapat menilai terhadap kualitas?. Sepanjang sejarah, rasanya setiap mahluk hidup dapat memberikan suatu penilaian akan barang/jasa. Bahkan pada zaman sekarang banyak berdiri lembaga pemerintah, lembaga swasta, lembaga independen yang mempunyai pekerjaan untuk menilai (baca : PENGAMAT) terhadap satu atau beberapa barang/jasa.

Lalu apa hubungannya dengan kualitas lingkungan? Secara alami, kehidupan ini memang merupakan hubungan yang terjadi timbal balik antara sumber daya manusia dan sumber daya alam (baik yang dapat diperbaharui atau pun tidak). Hubungan timbal balik tersebut pada akhirnya adalah penentu laju pembangunan. Faktor-faktor yang mempengaruhi dan menentukan perkembangan pembangunan adalah lingkungan sosial (jumlah, kepadatan, persebaran, dan kualitas penduduk), dan pengaruh kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik, teknologi, dan sebagainya. Pasal 28H Undang-Undang Dasar Tahun 1945 mengamanatkan bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia. Artinya bahwa menjaga lingkungan hidup agar tetap baik dan sehat adalah sebuah kewajiban karena merupakan bagian dari hak asasi setiap warga negara Indonesia

Pengrusakan lingkungan juga dilakukan oleh banyak masyarakat kita yang pada akhirnya juga mempengaruhi kualitas lingkungan sekitar. Buang sampah sembarangan, penggunaan bahan-bahan pestisida dan banyak lagi juga menyebabkan degradasi kualitas lingkungan semakin menjadi. Kepala Negara sebagai penanggung jawab pengelolaan negara seharusnya bisa dengan cepat mengambil langkah-langkah kongkret untuk menanggulangi segala bentuk pengrusakan lingkungan hidup. Aturan-aturan yang mendukung seharusnya segera ditegakan tanpa pandang bulu. Kalau perlu bentuk pula satgas mafia lingkungan hidup untuk mendukung penuntasan masalah-masalah yang ada. Aturan yang ada juga seharusnya berkaitan dengan pengaturan perilaku masyarakat. Masalah-masalah lingkungan hidup ini terkesan menjadi rahasia umum, banyak masalah, ada aturan namun minim tindakan.

Terlalu naif kiranya jika hanya melimpahkan tanggung jawab menjaga kualitas lingkungan hidup hanya kepada pemerintah. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama untuk dapat pula menjaga lingkungan hidup sekitar kita mulai dengan mengerjakan hal-hal terkecil. Hal tersebut pasti akan sangat berdampak besar pada keseimbangan lingkungan hidup dan pencegahan terjadinya pencemaran maupun bencana alam yang lebih parah lagi.
READMORE - Kualitas Lingkungan

Selasa, 08 Februari 2011

Sampah



Bermasalahnya pengelolaan sampah disekitar kita bukan sekedar karena keterbatasan teknologi dan ekonomi semata, melainkan lebih pada adanya masalah budaya; kebiasaan lama, perilaku dan pola pandang kita terhadap sampah yang tidak benar dan harus dirubah. Untuk itu perlu adanya usaha dari kita semua, untuk merubah kebiasaan lama itu, agar kita dapat menyikapi masalah penanganan sampah dengan baik dan benar.

Pengelolaan sampah yang tidak mempergunakan metode dan teknik pengelolaan sampah yang ramah lingkungan selain akan dapat menimbulkan dampak negatif sampah terhadap kesehatan juga akan sangat mengganggu kelestarian fungsi lingkungan baik lingkungam pemukiman, hutan, persawahan, sungai dan lautan sampah.

Pengertian Sampah Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pengelolaan sampah dimaksudkan adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan  berkesinambungan yang meliputi pengurangan sampah dan penanganan sampah. Sampah-Berdasarkan sifat fisik dan kimianya sampah dapat digolongkan menjadi: 1) sampah ada yang mudah membusuk terdiri atas sampah organik seperti Sampah sisa sayuran, Sampah sisa daging, Sampah daun dan Sampah lain-lain; 2) sampah yang tidak mudah membusuk seperti Sampah plastik, Sampah kertas, Sampah karet, Sampah logam, Sampah sisa bahan bangunan dan Sampah lain-lain; 3) sampah yang berupa debu/abu; dan 4) sampah yang berbahaya (B3) bagi kesehatan, seperti sampah berasal dari Sampah industri dan Sampah rumah sakit yang mengandung zat-zat kimia dan agen penyakit yang berbahaya.

Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumberdaya. Dari sudut pandang kesehatan lingkungan,  pengelolaan sampah dipandang baik jika sampah tersebut  tidak menjadi media berkembang biaknya  bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi medium perantara menyebarluasnya  suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus dipenuhi, yaitu tidak mencemari udara, air dan tanah, tidak menimbulkan bau (tidak mengganggu nilai estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan yang lainnya ( Aswar, 1986). 

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan sampah di antaranya: (1) sosial politik, yang menyangkut kepedulian dan komitment pemerintah dalam menentukan anggaran APBD untuk pengelolaan lingkungan (sampah), membuat keputusan publik dalam pengelolaan sampah serta  upaya pendidikan, penyuluhan dan latihan keterampilan untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan  sampah,  (2) Aspek Sosial Demografi yang meliputi sosial ekonomi (kegiatan pariwisata, pasar dan pertokoan, dan kegiatan rumah tangga, (3) Sosial Budaya yang menyangkut  keberadaan dan interaksi antarlembaga desa/adat, aturan adat (awig-awig), kegiatan ritual (upacara adat/keagamaan), nilai struktur ruang Tri Mandala,  jiwa pengabdian sosial yang tulus, sikap mental dan perilaku warga yang apatis, (4) keberadan lahan untuk tempat penampungan sampah, (5) finansial (keuangan), (6)  keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan (5) kordinasi antarlembaga yang terkait dalam penanggulangan masalah lingkungan (sampah).  

Sampah semakin hari semakin sulit dikelola, sehingga disamping kesadaran dan partisipasi masyarakat, pengembangan teknologi dan model pengelolaan sampah merupakan usaha alternatif untuk memelihara lingkungan yang sehat dan bersih serta dapat memberikan manfaat lain.

Yang Paling mudah untuk mulai pengelolaan sampah adalah dengan cara 3 R, yaitu :

Re-Duce ( Pengurangan sampah di sumber ) 
Perlakuan / cara ini dapat dilakukan dengan teknik pengelolaan sampah yang benar. Secara sederhana, teknik atau cara yang dapat dilakukan adalah perseorangan (individu) dan atau lembaga/instansi tidak hanya untuk menunggu sampah yang dihasilkannya diangkut oleh instansi pemerintah atau instansi swasta yang ditunjuk. Misal ; seandainya kita punya halaman di rumah yang cukup memadai, kita bisa mengelola sampah organik menjadi kompos.

Re-Use ( Penggunaan Kembali barang bekas )
Penggunaan kembali barang bekas dapat dilakukan dengan mudah. Apabila kita mempunyai barang bekas dan masih layak, alangkah lebih baik dan bijaksana kita gunakan kembali untuk hal-hal yang bermanfaat lainnya seperti apabila kita mempunyai kaleng bekas,maka kita bisa memanfaatkan untuk pot tanaman. Begitu juga dengan barang-barang lainnya.

Re- Cycle ( Mendaur ulang sampah )
Hal ini bisa dilakukan oleh siapa saja baik tua ataupun muda apalagi kita mempunyai jiwa seni dan kreatifitas memadai. Misalnya kertas bekas bisa dijadikan kerajinan tangan, sampah organik dapat dijadikan kompos dan banyak lagi yang masih bisa di daur ulang sehingga sampah bisa mempunyai nilai ekonomis.
READMORE - Sampah

Jumat, 04 Februari 2011

Kesehatan lingkungan dan ekologi manusia

Pola penyebaran penyakit sangat berpengaruh pada kesehatan lingkungan. Pola penyebaran penyakit di negara berkembang seperti Indonesia dengan pola penyebaran penyakit di negara maju sangat berbeda. Kecenderungan penyakit yang terjadi di negara berkembang adalah penyakit menular. Sedangkan di negara maju di dominasi oleh penyakit tidak menular. Kenapa bisa terjadi demikian?

Negara berkembang rata-rata penduduknya memiliki tingkat pendidikan dan taraf perekonomian yang rendah. Dari kedua faktor tersebut berimplikasi terhadap kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat itu sendiri. Tingkat pendidikan yang rendah menciptakan masyarakat yang kurang bahkan tidak memiliki pengetahuan tentang kesehatan. Sebagai contoh sederhana, masyarakat membuang sampah secara sembarangan. Akibatnya terjadi penumpukan volume sampah yang berimplikasi terhadap datangnya banjir. Jika banjir terjadi, maka akan mempengaruhi derajat kesehatan lingkungan itu sendiri. Penyakit kulit, diare merupakan salah satu contoh kecil penyakit menular dan lingkungan pun pasti akan mengalami kerusakan.

Sebaliknya, penyakit tidak menular sering kali menimpa pada masyarakat yang mempunyai kecenderungan tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi menengah ke atas. Korelasi dengan hal tersebut memang bisa dipahami. Dengan tingkat pendidikan dan ekonomi yang memadai, maka tingkat pengetahuan tentang kesehatannya pun diperkirakan/relatif akan meningkat pula. Pola makan yang serba siap saji (baca: kandungan gizi tinggi) dituding salah satu faktor penyebab penyakit yang bersifat tidak menular. Misalnya penyakit jantung akibat kadar kolesterol tinggi.

Ekologi Manusia
Secara harfiah, ekologi diartikan ilmu yang mempelajari hubungan lingkungan dengan komponen di dalamnya. Manusia sendiri adalah mahluk hidup yang memerlukan lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. Jadi ekologi manusia adalah suatu hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungannya demi keberlangsungan hidup dengan cara memanfaatkan Sumber Daya Alam didalamnya. Banyak lingkungan yang mengalami kerusakan akibat ulah manusia. Tapi tidak sedikit alam lingkungan mempunyai daya dukung terhadap sekitarnya akibat KERAMAHAN terhadap lingkungan itu sendiri.

Lingkungan akan menjadi sahabat ketika kita sebagai manusia memperlakukannya dengan baik dan memanfaatkan sumber daya yang ada di dalamnya secara wajar tanpa ada unsur KESERAKAHAN. Dan lingkungan akan menjadi ancaman terhadap mahluk hidup khususnya manusia ketika kita memperlakukannya dengan HAWA NAFSU untuk kepentingan pribadi.
READMORE - Kesehatan lingkungan dan ekologi manusia