Sabtu, 08 September 2012

Sanitasi Membaik, Angka Kematian Ibu dan Bayi Turun

Perbaikan sanitasi ternyata memiliki andil yang cukup besar dalam memperkecil risiko angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Tidak hanya itu, sanitasi yang baik juga membantu memperpanjang usia harapan hidup seseorang.

Demikian dikatakan Kepala Sub Bidang Penyehatan Air dan Sanitasi Dasar Direktorat Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Zainal I Nampira saat acara workshop media di Sulawesi Selatan, Rabu, (30/5/2012) kemarin.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional atau RPJMN tahun 2014 menargetkan, akses terhadap air minum harus mencapai angka 67 persen, sedangkan sanitasi dasar 75 persen. Apabila akses sanitasi tidak di atas 75 persen, maka dikhawatirkan dampaknya terhadap kesehatan cukup signifikan.

"Sanitasi buruk berhubungan erat dengan angka kematian ibu saat melahirkan, kematian bayi dan usia harapan hidup," ucapnya.

Menurut Zainal, diperlukan suatu sinergi antara kesehatan dan sanitasi air minum dalam rangka pembangunan nasional untuk upaya preventif dan promotif. Beberapa masyarakat yang miskin dan memiliki sanitasi yang buruk biasanya diiringi dengan perkembangan munculnya sejumlah penyakit infeksi.

Zainal mencontohkan, kontribusi sanitasi sangat berpengaruh pada risiko kematian ibu. Sebanyak 12 persen angka kematian ibu karena penyakit infeksi. Penyakt infeksi ini terjadi karena perilaku antara lain, tidak mencuci tangan saat penanganan persalinan dan pascamelahirkan.

Sementara pada bayi, sanitasi buruk dapat menimbulkan penyakit diare. Seperti diketahui, sebesar 32,8 persen kematian pada bayi baru lahir diakibatkan diare atau satu per tiga bayi meninggal karena diare. Hal ini menunjukkan bagaimana sanitasi sangat berperan besar dalam konteks pembangunan nasional dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi saat melahirkan.

Zainal berharap, dengan membaiknya akses sanitasi dasar dan imunisasi, risiko kematian bayi pada tahun 2014 bisa ditekan sebanyak 118 per 100.000 penduduk, sedangkan untuk kematian ibu bisa diturunkan menjadi 24 per 1.000 penduduk. "Akses sanitasi dan perilaku higienis penduduk Indonesia masih rendah. Penyakit menular masih menjadi masalah," ungkapnya.
Zainal mengungkapkan, dibutuhkan kerja lebih cerdas untuk menyelesaikan masalah ini. Karena rapor pencapaian MDGs ke 5,6 dan 7 Indonesia masih merah, yakni bagaimana masih tingginya angka kematian ibu pasca melahirkan, meningkatnya kasus HIV AIDS, dan kebersihan air dan sanitasi.
Edukasi dan kampanye masih perlu digalakkan. Mengubah perilaku dengan cara sederhana seperti membiasakan cuci tangan pakai sabun sebelum makan, sesudah buang air besar dan saat memberi makanan ke anak untuk menurunkan risiko berkembangnya penyakit. "Kelihatannya mencuci tangan sederhana, tapi pengaruhnya begitu penting terhadap kesehatan," tutupnya.
Sumber : http://health.kompas.com/read/2012/05/31/10472024/Sanitasi.Membaik.Angka.Kematian.Ibu.dan.Bayi.Turun
READMORE - Sanitasi Membaik, Angka Kematian Ibu dan Bayi Turun

4 Kandungan Berbahaya dari Tinja

Penanganan buangan tinja tidak bisa dianggap sebagai masalah yang sepele. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) menyebutkan, seseorang setiap tiap harinya membuang tinja seberat 125-250 gram. Jika saat ini seratus juta orang Indonesia tinggal di kawasan perkotaan, maka setiap harinya kawasan perkotaan tersebut bisa menghasilkan 25.000 ton tinja.
Sekretaris Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) Nasional Maraita Listyasari mengatakan, sudah banyak kesadaran untuk buang air besar (BAB) di jamban, tetapi masih ada 70 juta masyarakat yang BAB di sembarang tempat. Walaupun sudah banyak jamban sehat dibangun tetapi masih banyak saja jamban yang tidak memenuhi syarat.

"Padahal ketika tidak memenuhi syarat, sebenarnya kita hanya memindahkan polutan dari satu tempat ketempat yang lain," ujarnya, saat acara Workshop Media dan Kunjungan Media Mewujudkan STOP BABS 2015, di Sulawesi Selatan, Rabu, (30/5/2012).
Selain jumlahnya yang begitu banyak, tinja juga memiliki potensi berbahaya dari ke-4 (empat) kandungan yang ada didalamnya.

Berikut ini adalah permasalahan yang mungkin ditimbulkan akibat buruknya penanganan buangan tinja:

1. Mikroba
Tinja manusia mengandung puluhan miliar mikroba, termasuk bakteri koli-tinja. Sebagian diantaranya tergolong sebagai mikroba patogen, seperti bakteri Salmonela typhi penyebab demam tifus, bakteri Vibrio cholerae penyebab kolera, virus penyebab hepatitis A, dan virus penyebab polio. Tingkat penyakit akibat kondisi sanitasi yang buruk di Indonesia sangat tinggi. BAPPENAS menyebutkan, tifus mencapai 800 kasus per 100.000 penduduk. Sedangkan polio masih dijumpai, walaupun dinegara lain sudah sangat jarang.

2. Materi Organik
Kotoran manusia (tinja) merupakan sisi dan ampas makanan yang tidak tercerna. Ia dapat berbentuk karbohidrat, dapat pula protein, enzim, lemak, mikroba dan sel-sel mati. Satu liter tinja mengandung materi organik yang setara dengan 200-300 mg BODS (kandungan bahan organik).

Sekitar 75 persen sungai di Jawa, Sumatra, Bali dan Sulawesi tercemar berat oleh materi organik dari buangan rumah penduduk. Air sungai ciliwung memiliki BODS hampir 40 mg/L (empat kali lipat dari batas maksimum 10 mg/L). Kandungan BOD yang tinggi itu mengakibatkan air mengeluarkan bau tak sedap dan berwarna kehitaman.

3. Telur Cacing
Seseorang yang cacingan akan mengeluarkan tinja yang mengandung telu-telur cacing. Beragam cacing dapat dijumpai di perut kita. Sebut saja, cacing cambuk, cacing gelang, cacing tambang, dan keremi. Satu gram tinja berisi ribuan telur cacing yang siap berkembang biak diperut orang lain. Anak cacingan adalah kejadian yang biasa di Indonesia. Penyakit ini kebanyakan diakibatkan cacing cambuk dan cacing gelang. Prevalensinya bisa mencapai 70 persen dari balita.

4. Nutrien
Umumnya merupakan senyawa nitrogen (N) dan senyawa fosfor (P) yang dibawa sisa-sisa protein dan sel-sel mati. Nitrogen keluar dalam bentuk senyawa amonium, sedangkan fosfor dalam bentuk fosfat. Satu liter tinja manusia mengandung amonium sekitar 25 gram dan fosfat seberat 30 mg.

Senyawa nutrien memacu pertumbuhan ganggang (algae). Akibatnya, warna air menjadi hijau. Ganggang menghabiskan oksigen dalam air sehingga ikan dan hewan lainnya mati.
Sumber : http://health.kompas.com/read/2012/05/31/11250589/4.Kandungan.Berbahaya.dari.Tinja
READMORE - 4 Kandungan Berbahaya dari Tinja

5 Keuntungan Membangun Sanitasi

Percepatan pembangunan sanitasi di Indonesia menjadi sesuatu yang mendesak untuk segera dibenahi. Bukan hanya dengan meningkatkan jumlah dan mutu sarananya, tapi juga dengan memperbaiki perilaku masyarakatnya.

Dengan ketersediaan akses terhadap fasilitas sanitasi dasar, pencemaran lingkungan dapat berkurang sehingga suatu daerah akan memiliki lingkungan fisik yang lebih bersih. Hal tersebut pada akhirnya akan membuat masyarakat lebih sehat dan penyakit akibat buruknya sanitasi dapat dihindari.
Sekretaris Pokja AMPL Nasional Maraita Listyasari mengatakan, banyak keuntungan yang diperoleh dengan percepatan pembangunan sanitasi. Pasalnya, persoalan sanitasi tidak melulu hanya terkait dengan masalah kesehatan tetapi juga sangat besar pengaruhnya terhadap perekonomian suatu negara.

"Bicara soal sanitasi, ini bukan lagi urusan masing-masing individu. Perlu dukungan semua pihak baik pemerintah, masyarakat dan swasta untuk menciptakan Indonesia yang sensanitasional," ujarnya saat acara workshop dan kunjungan media Mewujudkan Stop BABS, di Sulawesi Selatan, beberapa hari lalu.

Pertanyaan yang sering sekali muncul adalah bagaimana kita membuat orang mengerti pentingnya percepatan pembangunan sanitasi? Maraita mengatakan, kita perlu punya pemahaman yang sama, bahwa ketika kita membangun sanitasi, kita punya minimal lima keuntungan.

1. Menghindari pertumbuhan ekonomi semu


Studi Bank Dunia tahun 2007 menyebutkan, akibat sanitasi buruk, negara mengalami kerugian setara 58 triliun. Jumlah kerugian tersebut sama dengan 2,1 persen pertumbuhan domestik bruto Indonesia. Maraita mengatakan, "sekarang banyak orang berpikir kalau tidak ada sanitasi risikonya diare. Padahal ketika kami meriset lebih detail, ternyata sanitasi tidak hanya memengaruhi kesehatan tetapi pariwisata."

Kerugian dari sisi ekonomi lainnya adalah penolakan ekspor udang dari Indonesia ke Jepang karena dicurigai mengandung bakteri salmonella. Bahkan Taiwan, Amerika Serikat, Uni Eropa dan beberapa negara lain juga pernah melakukan hal serupa. "Banyak sekali dampak ikutan dari kualitas sanitasi yang buruk. Setelah kita total, kerugian negara itu kira-kira mencapai 58 triliun rupiah," cetusnya.

2. Menurunkan kesakitan diare 94 persen


Hasil studi organisasi kesehatan dunia (WHO) mengatakan, meningkatkan akses bersih, sanitasi, perilaku higienis dan pengolahan air minum skala rumah tangga dapat menurunkan 94 persen kasus diare. Kondisi ini sudah tentu memengaruhi tingkat absensi masyarakat, khususnya anak sekolah. Jumlah hari anak-anak tidak masuk sekolah dapat berkurang 8 hari per tahun. Selain itu juga, tingakat produktivitas masyarakat juga meningkat hingga 17 persen. "Dampaknya akan sangat berpengaruh pada masyarakat yang mendapatkan income harian," ujar Marata.

3. Menurunkan angka kemiskinan


Karena sanitasi buruk, setiap keluarga di Indonesia harus kehilangan rata-rata Rp. 1.250.000 per tahunnya. Meski kelihatannya jumlah ini kecil, tapi bisa dibayangkan bila ini terjadi pada masyarakt yang berada digaris kemiskinan.

4. Manfaat berlipat


Setiap 1 rupiah yang kita tanam untuk investasi sanitasi ternyata bisa menghasilkan manfaat 8-11 kali lipat. Sebagai contoh, dalam pelaksanaan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) di Jawa Timur, setiap 1 rupiah yang diinvestasikan bisa memicu investasi masyarakat sebesar 35 rupiah. Artinya, banyak sekali yang kita bisa dapatkan dari pembangunan sanitasi.

5. Mencegah lebih baik daripada mengobati


Menurut studi ADB (Asian Development Bank), jika kita gagal menginvestasikan 1 rupiah untuk sanitasi, sehingga kita tidak mengelola sampah kita, membiarkan sungai-sungai tercemar, untuk membersihkannya lagi akan butuh sebesar 36 rupiah.

"Tanpa adanya upaya peningkatan sanitasi, lingkungan akan menjadi lebih buruk, anggaran kesehatan lebih tinggi dan risiko penyakit juga lebih tinggi," ucapnya.
Sumber : http://health.kompas.com/read/2012/06/01/08274732/5.Keuntungan.Membangun.Sanitasi
READMORE - 5 Keuntungan Membangun Sanitasi